Minggu, 20 April 2014

Tokoh Teladan


AL-IMAM AZ-ZUHRI

            Ini adalah biografi seorang imam yang pakar dalam ilmu hadits, termasuk tabi’in akhir, pemimpin besar dan senior dalam bidang hadits, guru dari imam Malik, Al-Laits, Ibnu Abi Dza’ab, dua Sufyan, dan yang lain dari pengikut para tabi’in. Dialah Imam Az-Zuhri seorang imam yang terhormat dan mulia. Abu Nu’aim berkata, “Di antara mereka terdapat orang yang diakui keilmuannya, ahli dalam bidang hadits, baik riwayah maupun dirayahnya : dialah Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri, seorang yang terhormat dan dermawan.
            Dia pernah bertemu  dengan Said bin Al-Musayyib, yang merupakan senior tabi’in dan ia belajar dengannya selama 8 tahun. Selain itu, dia juga belajar kepada Urwah bin Az-Zubair, Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, Al-Qasim bin Muhammad dan masih banyak yang lain dari para tabi’in. Az-Zuhri termasuk seorang pakar dalam hafalan, kecerdasan dan dalam keilmuan, hingga Said bin Al-Musayyib memujinya. Dia berkata, “Barang siapa yang meninggal dunia dan meninggalkan orang sepertimu, maka dia tidaklah meninggal.”
            Allah SWT memberikan jalan kehormatan dan kemuliaan kepadanya di dunia dan akhirat. Az-Zuhri merupakan tabi’in yang banyak mempunyai harta, dermawan dan mempunyai jabatan penting dalam pemerintahan Bani Umayyah. Dia termasuk orang pertama yang menyusun ilmu hadits atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan sering bepergian antara Syam dan Hijaz. Abu Bakar Al-Hadzli berkata, “Aku pernah belajar kepada Al-Hasan dan Muhammad bin Sirrin, akan tetapi aku belum pernah melihat orang yang lebih terhormat daripadanya-maksudnya Az-Zuhri-.” Al-Hasan dan Ibnu Sirrin dalam sastra keseniorannya dalam kelompok tabi’in memang lebih tinggi daripada Az-Zuhri, mereka berdua juga lebih tua darinya, akan tetapi ilmunya lebih tinggi dari mereka berdua. Allah SWT telah memberikan keutamaan dan rahmat-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan, sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Bijaksana dan Maha Mulia.
Ø Nama, Kelahiran, dan Sifat-sifatnya
Namanya: Muhammad bin Muslim bin Abdillahnbin Syihab bin Abdillah bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Abu Bakar Al-Quraisy Az-Zuhri Al-Madani bertempat tinggal di Syam, beliau seorang imam yang ilmunya luas dan Al-Hafidz di zamannya.
Kelahirannya: ada dua pernyataan perihal kelahiran beliau, yang pertama Duhaim dan Ahmad bin Shaleh mengatakan bahwa Al-Imam Az-Zuhri lahir pada tahun 50 Hijriyah. Kemudian pernyataan yang kedua dari Khulaifah bin Khayyath mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 51 Hijriyah.
Sifat-sifatnya: Muhammad bin Yahya  bin Abi Umar dari Sufyan berkata, “Aku pernah melihat Az-Zuhri dengan rambut dan jenggotnya yang berwarna kemerah-merahan.”
Dari Ya’kub bin Abdirrahman, dia berkata, “Aku pernah melihat Az-Zuhri dengan perawakannya yang pendek, sedikit jenggotnya, mempunyai rambut yang panjang dan menarik hati.”
Adz-Dzahabi berkata, “Dia adalah orang yang terhormat dan senang memakai pakaian militer, mempunyai perangai yang baik dalam pemerintahan Bani Umayyah.”
 Muhammad bin Isykab  berkata, “Az-Zuhri pernah menjadi tentara militer”
Ø Sanjungan Para Ulama Terhadap Al-Imam Az-Zuhri
Amr bin Dinar mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih mengetahui tentang hadis dibandingkan Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri).
Diceritakan Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada para sahabatnya, “Apakah kalian mau menemui Ibnu Syihab (Az-Zuhri)?” Mereka menjawab,”Kami akan melakukannya.” Dia berkata, “Temuilah dia, karena sesungguhnya tidak ada yang tersisa saat ini orang yang lebih tahu tentang sunnah Rasulullah SAW daripadanya.”
Dari Al-Laits, dia berkata, “Aku belum pernah melihat seorang ulama yang lebih spesialis daripada Az-Zuhri. Jika dia berbicara tentang keutamaan dalam ibadah, maka kamu akan berkata, “Tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.” Ketika dia berbicara tentang nasab orang Arab dan non-Arab, maka kamu akan berkata,” Tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.” Ketika dia berbicara tentang Al-Qur’an dan As-sunnah, kamu juga akan mengatakan hal yang sama, “Tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.”
Dari Ad-Darawardi, dia berkata, “Sesungguhnya orang yang pertama kali menyusun dan membukukan ilmu pengetahuan adalah Ibnu Syihab (Al-Imam Az-Zuhri).”
Dari Ahmad bin Hambal, dia berkata, “Az-Zuhri adalah orang yang paling kompeten dalam hadits dan yang paling baik sanadnya.”
Abu Hatim berkata, “Orang yang paling tinggi ilmunya di antara para sahabat Anas bin Malik adalah Az-Zuhri.”
Dari Ibrahim bin Sa’ad dari ayahnya, dia berkata, “Tidak ada orang setelah Rasulullah SAW yang banyak ilmunya seperti Ibnu Syihab.”
Ada seseorang bertanya kepada Al-Makhul, “Siapakah orang yang paling banyak ilmunya dari orang yang pernah Anda temui?” dia berkata, “Ibnu Syihab.” Orang itu bertanya lagi, “lalu siapa?” dia berkata, “Ibnu Syihab.” Dan orang itu pun bertanya untuk yang ketiga kalinya, “Lalu siapa?” dia berkata, “Ibnu Syihab.”
Ahmad bin Abdillah Al-Ijli berkata, “Dia pernah bertemu dengan beberapa sahabat Rasulullah SAW yang diantaranya adalah Anas bin Malik, Sahl bin Sa’ad, Abdurrahman bin Azhar dan Mahmud bin Ar-Rabi’ Al-Anshari. Dia juga meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Umar lebih dari tiga hadits dan juga dari As-Sa’ib bin Yazid.”
Abu Bakar Ibnu manjawaih, dia berkata, “Az-Zuhri pernah melihat sepuluh sahabat Rasulullah SAW, dia merupakan orang paling banyak hafalannya di masanya, paling baik dalam mengisahkan sebuah hadits di samping seorang yang ahli fiqh dan mulia.”
Dari Ja’far bin Rabi’ah, dia berkata, “Aku berkata kepada Arrak bin Malik, dia berkata, “Tokoh paling senior di bidang fiqh di wilayah Madinah dan yang paling tahu tentang sejarah umat manusia adalah Sa’id bin Al-Musayyib, adapun yang paling berkompeten dalam bidang hadits adalah Urwah bin Zubair. Dan jika Anda ingin menyemburkan lautan ilmu pengetahuan, niscaya akan Anda dapatkan adalah Ubaid bin Abdillah.”
Arrak berkata, “Adapun menurutku, diantara mereka itu yang paling banyak ilmunya adalah Ibnu Syihab, karena ilmunya adalah kumpulan dari ilmu mereka itu.”
Dari Yunus dari Ibnu Syihab, dia berkata, “Sa’id bin Al-Musayyib pernah berkata kepadaku, “Tidak ada seorang pun yang meninggal dunia yang meninggalkan (karya) seperti kamu”
Ø Sebab-sebab Keunggulan Ibnu Syihab di Bidang Ilmu Pengetahuan
A.  Kekuatan Hafalannya
            Dari kehebatan hafalan Beliau (Ibnu Syihab) adalah dia menghafal Al-Qur’an dalam 80 malam. Hal ini dikisahkan darinya oleh keponakannya yaitu Muhammad bin Abdillah. Abdurrahman bin Ishaq (teman Ibnu Syihab) mengatakan bahwa Ia sama sekali belum pernah mengulangi sebuah hadits dan juga tidak ragu menghafalnya kecuali hanya satu saja, kemudian ia menanyakan kepada Ibnu Syihab dan ternyata hadits itu memang sama persis seperti yang telah ia hafalkan.
            Beliau sangatlah kuat hafalannya, sehingga beliau tidak pernah menghafal sesuatu pun dalam suatu perkara, lalu melupakannya begitu saja.
B.  Dia Menulis Semua Apa yang Didengarnya
            Abdurrahman bin Abi Az-Zinad menceritakan ketika ayahnya sedang thawaf bersama Ibnu Syihab. Pada waktu itu Ibnu Syihab menjadi bahan tertawaan karena ia membawa selembar kertas dan papan tulis. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Saat itu Ibnu Syihab bersama rombongannya sedang belajar dan menulis tentang halal dan haram, dan Ibnu Syihab menuliskan semua yang didengarnya. Ketika ada seseorang yang merujuk pada tulisannya, orang tersebut berkata, “Aku tahu bahwa dia adalah orang yang paling tinggi ilmu pengetahuannya.”
            Dari Muhammad bin Ikrimah bin Abdirrahman bin Al-Harits bin Hisyam, dia berkata, “Ibnu Syihab agak berbeda dengan Al-A’raj. Az-Zuhri pernah belajar pada Al-A’raj. Ketika Al-A’raj sedang menulis mushaf, Az-Zuhri bertanya kepadanya tentang hadits, lalu Az-Zuhri mengambil selembar kertas dan menulisnya. Setelah itu Az-Zuhri menghafalnya, ketika dia telah hafal, lalu kertas itu dirobeknya.”
            Dari Shaleh bin Kaisan, dia berkata, “Saat itu, aku dan Az-Zuhri masih bersama-sama menuntut ilmu. “Perawi berkata,”Kemudian dia berkata, “Mari kita menulis sunnah.” Perawi berkata, “Kemudian kami menulis apa yang pernah dibawakan Rasulullah SAW,” lalu dia berkata, “Mari kita menulis tentang apa yang pernah dibawakan oleh para sahabat Rasulullah SAW.” Perawi berkata, “Dia menulis dan aku tidak menulisnya, dan akhirnya dia berhasil sedang aku kalah karena aku lupa.”
C. Dia Slalu Mengulang dan Mempelajarinya
            Az-Zuhri berkata, “Ilmu pengetahuan sirna karena penyakit lupa dan tidak mempelajarinya.” Itulah pesan yang selalu beliau sampaikan kepada para sahabat-sahabat beliau ketika sedang menuntut ilmu. Ibnu Syihab pernah menuntut ilmu kepada Urwah dan yang lain, kemudian dia membangunkan seorang budak perempuannya yang masih tertidur, lalu dia berkata kepadanya, “Si Fulan sedang begini, begini.” Si budak itu berkata, “apa ini?”,dia kemudian berkata, “Aku telah tahu bahwa kamu tidak dapat memanfaatkannya, akan tetapi aku sudah mendengar dan aku ingin mengingatnya (mempelajarinya).”
D. Sering Berteman dan Mendekat kepada Orang yang Berilmu serta Memberikan Pengabdian kepada mereka
            Dari Malik dari Az-Zuhri, dia berkata, “Aku pernah mengikuti/menemani Sa’id bin Al-Musayyib dalam mencari sebuah hadits selama tiga hari.”
            Dari Mu’ammar, dia berkata, “Aku pernah mendengar Az-Zuhri berkata, “Kedua lututku pernah menyentuh lutut Sa’id bin Al-Musayyib (memijat/mengabdi)nselama delapan tahun.”
            Dari Malik bin Anas dari Az-Zuhri, dia berkata, “Aku pernah mengabdi kepada Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, hingga suatu ketika aku ingin menemaninya keluar dan aku menunggunya dibalik pintunya. Dia berseru, “Siapa yang mengetuk pintu?” seorang budak perempuannya berkata, “Pembantu Anda!” sang pembantu mengira bahwa aku adalah pembantunya, walaupun aku hanya mengabdi  kepadanya hingga mengambilkah air wudhu untuknya.”
E. Memuliakan Orang Berilmu
            Diceritakan ketika Az-Zuhri ingin ke rumah Urwah, maka beliau langsung duduk di depan pintu rumahnya lalu pergi dan tidak sampai berani masuk ke rumah. Kalaupun beliau ingin masuk, pastilah beliau bisa masuk karena tidak ada penjaga dan kuncinya, namun beliau tidak melakukannya karena beliau begitu menghormatinya (termasuk orang-orang berilmu lainnya).
            Dari Sufyan, dia berkata, “Aku pernah mendengar Az-Zuhri mengatakan, “Si Fulan telah memberitahukan kepadaku, dia ini seorang yang peduli dengan ilmu pengetahuan,” dia tidak mengatakan, “Dia seorang yang berilmu pengetahuan.”
F. Berusaha untuk Melakukan Hal-hal yang Dapat Membantu Hafalan dan Menghindari Kelupaan
            Az-Zuhri mengatakan, “Barang siapa yang senang menghafalkan hadits, maka hendaklah dia sering memakan zabib’ (anggur kering).” Karena Zabib itu panas, manis, lembut dan kering, disamping itu Zabib juga dapat menghilangkan lender.
            Ibnu Syihab sering berdagang malam dengan minuman madu sebagai hidangannya, sebagaimana ahli minum (minum untuk mengobrol/njagong) dengan minuman mereka. Dia berkata, “Tuangkanlah untuk kami dan berbicaralah.” Dia orang yang banyak meminum madu dan menghindari buah apel.” Beliau (Ibnu Syihab) mengatakn bahwa meminum madu akan membantu daya ingatan dan menghindari (tidak senang) memakan buah apel.
Ø Kemurahan Hati dan Kemuliannya
Ibnu Syihab sering mengakhiri haditsnya dengan membaca do’a, yang artinya:
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu dari semua kebaikan yang Engkau ketahui di dunia dan di akhirat. Dan sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang Engkau ketahui di dunia dan di akhirat.
            Beliau adalah seorang yang paling dermawan sejauh yang sahabat-sahabatnya lihat, selalu memberikan sesuatu kepada orang lain, jika telah selesai dari keperluannya, dan memberikan rasa nyaman kepada budaknya.
            Seperti yang sering beliau lakukan, ketika menyuruh seseorang untuk memijatnya dan beliau pasti melipatgandakan upahnya. Beliau juga senang memberikan makan kepada banyak orang yang membutuhkan dan memberikan mereka minuman madu. Ibnu Syihab adalah Orang yang paling dermawan, dan suatu ketika dia mengalami ketidakberuntungan, maka budaknya berkata kepadanya, “Anda telah tahu bahwa Anda sedang mengalami kesulitan keuangan, lihatlah keadaan Anda sekarang ini, berhematlah dalam menggunakan harta Anda.” Kemudian dia menjawab, “Sesungguhya orang yang mulia adalah orang yang tidak pernah surut karena cobaan.”
            Dari Uqail bin Khalid, dia berkata, “Sesungguhnya Ibnu Syihab sering keluar bersama warga berkeliling kampung bertujuan untuk memberikan pemahaman agama kepada mereka, kemudian seorang warga datang menemuinya, orang itu tidak mempunyai apa-apa, lalu Az-Zuhri menunjuk surban yang aku kenakan, kemudian aku mengambilnya dan memberikan kepadanya. Dia berkata, “Wahai Uqail, kamu akan aku beri surban yang lebih baik dari itu.”
            Dari Amr’ bin Dinar, dia berkata, “Aku belum pernah melihat seorang pun yang begitu mudah mendermakan dinar dan dirhamnya daripada Ibnu Syihab, padahal dia sendiri hanya mempunyai harta sebesar tahi unta.” Az-Zuhri adalah seorang dermawan yang tidak terpengaruh oleh cobaan.
Ø Kisah Masuknya Dalam Lingkungan Bani Umayyah dan Ketegasannya Demi Membela Kebenaran
Ibnu Abi Dzu’ab berkata, “Saat itu keuangan Az-Zuhri sedang terdesak, dia terlilit hutang, kemudian dia pergi ke Syam dan duduk bersama Qubaishah bin Dzu’aib.” Ibnu Syihab berkata, “Ketika kami sedang dalam perbincangan malam bersamanya, tiba-tiba utusan Khalifah Abdul Malik mendatanginya. Utusan itu berkata, “Siapa diantara kalian yang mengetahui keputusan Umar bin Al-Khatab mengenai pembagian warisan bagi seorang ibu dan beberapa puteranya?” Aku berkata,”Aku.” Dia berkata, “Berdirilah dan ikut denganku.”
Kemudian, kami menghadap Khalifah Abdul Malik, saat itu dia sedang duduk diatas singgasananya, dan diantara kedua tangannya terdapat sebuah lilin, dia bertanya, “Siapa kamu?” aku pun lalu menyebutkan nasab dan jati diriku, lalu dia berkata, “Jadi ayahmu adalah orang yang lantang bicara (berani) saat terjadi fitnah (fitnah Ibnu Al-Asy’ats dengan Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi).” Aku berkata, “Wahai Amirul mukminin, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa yang telah lalu.” Dia berkata, “Duduklah!” kemudian aku duduk.
Dia bertanya, “Apakah kamu dapat membaca Al-Quran?” aku menjawab, “Ya, aku bisa.” Dia berkata, “Bacalah surat ini sampai kesini.” Kemudian aku membacanya.
Dia bertanya lagi, “Apakah kamu banyak tahu tentang pembagian harta warisan?, aku menjawab, “Ya.” Dia bertanya lagi, “Apa pendapatmu tentang seorang perempuan yang meninggalkan warisan untuk suami dan kedua orang tuanya?” aku berkata, “Suaminya mendapatkan setengah jumlah harta, ibunya mendapat seperenam dan sisanya untuk ayahnya.” Dia berkata, “Kamu benar dalam membagi, akan tetapi salah dalam mengucapkannya; Seharusnya suami mendapatkan setengah jumlah harta,  ibunya mendapatkan sepertiga yang masih tersisa.”
Dia bertanya lagi, “Lalu mana dalilmu?” Aku berkata, “Said bin Al-Musayyib telah memberitahukan kepadaku.” Kemudian aku berkata, “wahai amirul mukminin, bayarkanlah hutang-hutangku.” Dia berkata, “Baiklah.” Aku berkata, “dan bagianku?” Dia berkata, “Demi Allah, tidak ada, aku tidak pernah memberikannya kepada seorang pun (bagian harta).”  Kemudian dia bersiap-siap ke Madinah.
Ø Guru dan Murid-muridnya
Guru-gurunya; Dia meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, Anas bin Malik dan dia bertemu dengan mereka berdua ini di Damaskus. Dia juga meriwayatkan dari As-Sa’ib dari Yazid, Abdullah bin Tsa’labah bin Sughair, Mahmud bin Ar-Rabi’, Mahmud bin Lubaid, Sufain Abu Jamilah, Abu Ath-Thufail Amir, Abdurrahman bin Azhar, Rabi’ah bin Ubbad Ad-Daili, Abdullah bin Mair bin Rabi’ah, Malik bin Aus Al-Hadatsan.
Murid-muridnya; Adz-Dzahabi berkata, “Beberapa orang yang meriwayatkan darinya antara lain; “Atha’ bin Abi Rabbah, dia lebih tua darinya dan meninggal dunia dua puluh tahun lebih dulu sebelum dia meninggal.” Juga Amr bin Dinar, Amr bin Syu’aib, Qatadah bin Du’amah, Zaid bin Aslam, Tha’ifah, Manshur bin Al-Mu’tamir, Ayyub As-Sakhtiyani, Yahya bin Said Al-Anshari dan masih banyak yang lainnya.
Ø Beberapa Perkataan Mutiara Beliau
Beliau pernah mengatakan, “Perbanyaklah melakukan sesuatu yang tidak akan disentuh api neraka.” Lalu ada yang bertanya, “Apakah itu?” Beliau menjawab, “Perbuatan baik.”
Beliau mengatakan, “Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala itu diibadahi dengan sesuatu yang lebih afdhal dibanding dengan ilmu.”
Beliau mengatakan, “Para ulama sebelum kita berkata, ‘Berpegang teguh dengan sunah adalah keselamatan, sedang ilmu dicabut dengan begitu cepatnya. Dengan kemuliaan ilmu tegaklah agama dan dunia, dan dengan hilangnya ilmu hilang pula agama dan dunia.”
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati Imam Az-Zuhri, meridhainya, dan menempatkan beliau di tempat yang agung di sisi-Nya. Amin.
Ø Mutiara Teladan
Sangat banyak sekali catatan penting dari perjalanan hidup beliau yang hendaknya menjadi qudwah (panutan) bagi kita, di antaranya:
1. Menulis adalah sebuah keharusan terutama bagi seorang penuntut ilmu syar’i karena mereka tidak akan lepas dari pena dan kertas. Tulisan akan memperkuat ingatan. Dengan tulisan akan terikat seluruh ilmu dan faidah yang telah ia dapatkan. Karena ilmu ibaratnya sebuah buruan, sedangkan tulisan adalah pengikatnya.
Imam Syafi’I pernah mengatakan,
“Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah pengikatnya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Merupakan kedunguan bila engkau telah berburu kijang. Lalu kau biarkan ia terlepas di hadapan manusia.”
2.  Hendaklah setiap hamba berusaha dalam mencari sebab untuk sesuatu yang ia harapkan.  Islam tidak pernah mengajari kita untuk berpangku tangan dan pasrah dengan takdir. Namun, berusahalah; dan masing-masing akan dimudahkan kepada jalannya. Bagi mereka yang menginginkan menjadi seorang yang alim, maka belajarlah, ikat semua ilmu yang telah didapatkan, dan sebanyak mungkin lakukan muraja’ah terhadap ilmu tersebut. Setelah itu, banyaklah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga Dia menjadikannya termasuk ahli imu yang mengamalkan ilmunya.
3. Merupakan adab bagi penuntut ilmu adalah hendaknya dia memuliakan ilmu dan ahli ilmu karena ilmu yang sesungguhnya akan menjadikan kita untuk tawadhu (rendah hati). Adapun orang pertama yang akan dia hormati adalah orang-orang yang telah mengajarkan ilmu kepadanya. Ilmu tidak mengajarkan kepada kita agar menjadi semakin sombong dan merendahkan orang lain, tetapi justru semakin dia bertambah ilmunya, maka akan semakin tinggi tawadhu’-nya, sebagaimana padi –makin berisi makin menunduk–.
Ø Meninggalnya
Adz-Dzahabi berkata, “Banyak sejarahwan yang mengatakan bahwa Muhammad bin Sirrin meninggal dunia selang 100 hari setelah meninggalnya Al-Hasan Al-Bashri yaitu tahun 100 Hijriyah.”
Dari Khalid bin Khadasy, dia berkata, “Hammad bin Zaid telah berkata, “Ibnu Sirrin meninggal dunia pada awal bulan Syawal tahun 110 Hijriyah.”
Wallahu a’lamu bishshawab.

Selasa, 15 April 2014

Manusiawi

Mereka itu..
Mereka yang disana
Mereka yang tertawa
Mereka yang slalu tampak ceria
Mereka yang berbahagia
Mereka yang bertahta
Mereka itu merasa makhluk sempurna

Sedangkan mereka..
Mereka yang teraniaya
Mereka yang kecewa
Mereka yang sedih hatinya
Mereka yang kurang beruntung hidupnya
Mereka yang merasa Tuhan tak mnyayanginya
Merekalah yang tersesat batinnya

Mereka semua..
mereka adalah manusia
Begitu pula saya

"TERMANUSIAKAH??"

Gelaran atap awan sedikit murung
Kuatkan inspirasi di tengah merenung
Naluri manusiawi terpampang mendung
Bertahta egoisasi sistim linglung

Bangunan megah nan kokoh disana
Dihuni para wakil sang penindas pembela
Yang merasa agung tak berdosa
IQ merangkak mengaku sarjana

Sebenarnya siapakah mereka??
Dengan bangga menyekat setetes darah harapah rakyat jelata

@parah_se-x